Penulis : Chairur Rahman
(Wartawan Madya)
MR.com | Di berbagai negara, kehadiran wartawan bukan sekedar pelengkap dalam lanskap demokrasi, tetapi mereka adalah tulang punggung yang menghubungkan publik dengan realitas. Di Indonesia, terutama dalam dua dasawarsa terakhir, profesi ini menjelma menjadi primadona. Ruang redaksi tumbuh, media siber meledak dan kebutuhan informasi yang serba cepat mendorong banyak anak muda memilih jalan jurnalistik.
Namun derasnya arus informasi juga membawa tantangan baru bagi dunia jurnalistik, seperti, ketimpangan kualitas, tuntutan etika, hingga kaburnya batas antara jurnalis profesional dan “pengabdi klik”.
Di tengah dinamika itulah Uji Kompetensi Wartawan (UKW) bisa menemukan relevansinya. UKW bukan sekedar ujian formal, melainkan ikhtiar untuk memastikan jurnalis tetap bekerja di atas rel profesionalisme.
Seiring publik yang semakin kritis, kompetensi jurnalis tidak lagi cukup diukur dari kelincahan menulis berita saja, tetapi juga pemahaman etika, kemampuan verifikasi, serta ketahanan menghadapi tekanan ruang redaksi yang serba cepat.
Karena itu, Jaringan Pimred Sumbar (JPS), bekerja sama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumbar, menjadi salah satu pihak yang membaca kebutuhan itu. Melalui penyelenggaraan UKW yang dilaksanakan selama tiga hari itu, mereka ingin memastikan Sumatera Barat memiliki ekosistem pers yang kuat, sehat dan berdaya saing.
Gelaran UKW ini bukan sekedar kegiatan seremonial saja. Ia merupakan ruang belajar ulang bagi para kuli tinta, bahkan bagi jurnalis yang telah puluhan tahun bekerja di lapangan. Di dalamnya, peserta diuji mulai dari pengetahuan dasar, kemampuan menulis sesuai kaidah, hingga penguasaan kode etik yang sering kali menjadi penentu kredibilitas.
Harapan penulis, pelaksanaan UKW oleh JPS dan PWI Sumbar dapat berlangsung berkelanjutan. Sebab, dunia pers terus berubah, oleh karena itu kompetensi jurnalis harus bergerak mengikuti perubahan tersebut. Karena tanpa itu, profesi yang dulu dielu-elukan sebagai primadona akan kehilangan marwahnya.
Namun dengan upaya terukur seperti UKW, masih terbuka jalan bagi jurnalis untuk tetap menjadi penjaga nalar publik, bukan hanya sekedar penyampai informasi, melainkan penuntun agar masyarakat memahami apa yang sebenarnya terjadi, dengan jernih dan bertanggung jawab.

