MR.com,Sumbar | Menjelang usia dua tahun, Organisasi Pers Kolaborasi Jurnalis Indonesia (KJI) bersiap menandai momentum penting dalam sejarah internalnya. Peringatan HUT ke-2 pada 13 Desember 2025 nanti bukan hanya seremoni tahunan, melainkan titik penegasan komitmen organisasi terhadap profesionalisme pers. Pada momen ini, KJI meluncurkan agenda strategis, yaitu, Pra-Uji Kompetensi Wartawan (Pra-UKW) eksklusif bagi anggota.
Langkah tersebut menjadi penanda bahwa KJI, yang Dewan Pimpinan Pusatnya berkedudukan di Sumatera Barat, menempatkan Ranah Minang sebagai ruang konsolidasi gerakan pers nasional. Sebuah posisi yang oleh para tokoh pers daerah disebut sebagai langkah historis yang menjadikan Sumatera Barat bukan sekedar penonton, melainkan salah satu poros pembinaan wartawan di tanah air.
Basril Basyar, Motor Penggerak Kematangan Organisasi
Di balik langkah besar ini, terdapat figur yang menjadi penuntun arah, dia Dr. Ir. Basril Basyar, M.M., Ketua Dewan Pembina DPP-KJI. Sosok yang telah lama dikenal dalam lanskap pers dan akademik Sumatera Barat.
Basril Basyar bukan nama baru. Ia dikenal sebagai:
Akademisi: Dosen dan pakar Ilmu Penyuluhan serta Komunikasi Pembangunan di Program Pascasarjana Universitas Andalas.
Wartawan Senior: Pernah memimpin Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Barat dalam beberapa periode kepemimpinan.
Tokoh Pers Nasional: Penerima penghargaan bergengsi Pers Card Number One 2017, simbol tertinggi dedikasi dan integritas seorang jurnalis.
Dengan rekam jejak itu, tak heran bila pernyataannya menjadi rujukan arah organisasi. “Tantangan adalah hal wajar dalam perjalanan organisasi pers. Dengan bertambahnya usia, KJI akan semakin matang menakhodai pergerakan pers ke depan,” ujar Basril, pada Rabu(19/11), ia menegaskan bahwa usia dua tahun bukanlah alasan untuk berjalan lamban.
Pra-UKW: Kawah Candradimuka untuk Wartawan KJI
Program Pra-UKW yang digelar pada Desember mendatang dirancang sebagai arena pendalaman kompetensi sebelum wartawan mengikuti UKW formal. Di internal KJI, program ini dijuluki “kawah candradimuka”, tempat setiap anggota ditempa agar mampu menghadapi ujian sesungguhnya dengan standar tinggi.
Ketua Umum KJI, Andarizal, menegaskan bahwa struktur pelatihan disusun sebagai respons atas tantangan jurnalisme digital yang makin kompleks. Program ini memuat empat pilar utama:
Pendalaman Materi UKW dan Standar Penilaian.
Simulasi Intensif untuk melatih ketangkasan teknis dan kesiapan mental.
Etika Jurnalistik sebagai fondasi moral profesi.
Hukum Pers, agar wartawan memahami rambu-rambu dan hak konstitusional mereka.
“Ini bukan sekadar soal lulus UKW, tetapi tentang meningkatkan kualitas kerja wartawan secara menyeluruh,” ujar Andarizal. Ia meyakini bahwa penguatan kompetensi tersebut akan berdampak langsung pada kualitas informasi yang diterima publik.
Mengajak Semua Pihak Ikut Menguatkan Ekosistem Pers
Basril Basyar kembali menekankan perlunya dukungan lintas sektor untuk menyukseskan program Pra-UKW. KJI secara terbuka mengajak BUMN, BUMD, BUMS, hingga pemerintah daerah untuk ambil bagian dalam pembinaan pers. Dukungan tersebut dianggap sebagai cerminan kepedulian terhadap terciptanya ekosistem media yang sehat, profesional, dan mampu menjadi mitra kritis pembangunan.
Dari Sumatera Barat untuk Indonesia
Penempatan DPP KJI di Sumatera Barat bukan sekadar kebanggaan geografis. Ini adalah mandat moral untuk memimpin perubahan. Dengan dukungan tokoh-tokoh berpengalaman dan pelaksanaan Pra-UKW yang terstruktur, KJI menatap HUT ke-2 sebagai tonggak menuju era baru jurnalisme yang lebih kompeten, lebih berintegritas, dan lebih bertanggung jawab.
Pada usia yang masih belia, KJI membuktikan bahwa kualitas organisasi tidak ditentukan oleh lamanya perjalanan, tetapi oleh keseriusan menyiapkan masa depan.(cr)

