MR.com, Padang| Di tengah riuh klakson dan deru knalpot pagi itu, aroma bunga mawar merah menebar kehangatan di sebuah persimpangan padat Kota Padang.
Seorang polwan berseragam lalu lintas berdiri tegak namun ramah, tangannya mengulurkan setangkai bunga kepada pengendara roda dua yang melambatkan laju.
Senyumnya, meski tersembunyi di balik pelindung wajah, sanggup menembus sekat helm dan kesibukan kota.
“Selamat HUT Lalu Lintas Bhayangkara ke-70,” bisik kartu kecil yang terselip di antara kelopak bunga itu, seolah menggantikan suara peluit yang biasa mengatur arus jalan.
Tatapan pengendara pun berubah, ada kejutan, ada binar syukur, ada jeda di tengah rutinitas.
Aksi sederhana ini merupakan persembahan Direktorat Lalu Lintas Polda Sumatera Barat di bawah komando Kombes Pol H.M. Reza Chairul Akbar Sidiq. Lebih dari sekadar seremoni, momen ini dirancang sebagai perwujudan visi besar, "Lalu Lintas Modern yang Berkeselamatan Menuju Astacita Indonesia Emas".
“Kami ingin momentum ini menjadi pengingat bahwa keselamatan adalah budaya, bukan sekadar aturan,” ujar Kombes Reza saat ditemui di sela kegiatan. “Polisi lalu lintas hadir bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga merangkul masyarakat dengan kepedulian.”
Bagi Kombes Reza, pesan itu tak boleh berhenti di kata-kata. Setiap senyuman, setiap bunga yang berpindah tangan, adalah simbol nyata niat mendekatkan diri kepada masyarakat. “Visi ini bukan jargon. Kami ingin menjadikannya arah kerja berkelanjutan,” ujarnya.
Di balik seragam putih dan helm berkilat yang kerap diasosiasikan dengan ketegasan, pagi itu terselip sisi lembut kepolisian. Upaya kecil ini menjadi jembatan kepercayaan, menghapus jarak antara petugas dan warga.
Sebuah sapaan hangat yang membungkus pesan keselamatan lalu lintas, menjadikan hari jadi Lalu Lintas Bhayangkara ke-70 bukan sekadar seremoni, tapi pengingat akan kepedulian di balik peluit.
Penulis : Chairur Rahman