Mitra Rakyat
Thursday, December 18, 2025, Thursday, December 18, 2025 WIB
Last Updated 2025-12-18T08:37:17Z
Padang

Kebakaran Avanza di SPBU Garegeh Disorot, Ketua Hiswana Migas Sumbar : Bukan Domain Saya Lakukan Pengawasan

banner 717x904


MR.com, Padang| Insiden kebakaran satu unit mobil minibus Toyota Avanza di perkarangan SPBU Garegeh, Kota Bukittinggi, beberapa waktu lalu, kembali menuai sorotan publik. Peristiwa tersebut tidak hanya memicu kekhawatiran soal keselamatan, tetapi juga membuka dugaan praktik penimbunan bahan bakar minyak (BBM) oleh oknum tertentu.


Sebelumnya, saksi mata berinisial AH menyebut kebakaran itu mengungkap aktivitas pengisian BBM menggunakan jeriken yang dilakukan secara berulang tanpa hambatan berarti. Menurut dia, praktik tersebut berlangsung secara terbuka dan tidak wajar.


“Pengisian menggunakan jeriken dilakukan berkali-kali tanpa ada hambatan berarti. Secara normatif, ini jelas tidak lazim dan mengindikasikan adanya pembiaran, bahkan kemungkinan kerja sama,” ujar AH kepada wartawan di lokasi kejadian, Senin (15/12/2025).


Baca : Kebakaran Avanza di SPBU Garegeh Disinyalir Mengungkap Praktik Penimbunan BBM



AH menuturkan, pada hari kejadian mobil Avanza tersebut kembali melakukan pengisian BBM jenis Pertamax (RON 92) dalam jumlah besar. Ia memperkirakan terdapat sekitar 20 jeriken dengan kapasitas masing-masing 34 liter yang diisi ke dalam kendaraan itu. Total BBM yang diangkut diperkirakan mencapai sekitar 900 liter, dengan nilai transaksi kurang lebih Rp12,29 juta.


Menanggapi hal tersebut, Ketua Hiswana Migas Sumatera Barat, Ridwan Husen, menyatakan pihaknya tidak berada pada domain pengawasan langsung terhadap operasional SPBU tersebut. Ia menyarankan agar klarifikasi lebih lanjut dilakukan kepada Pertamina selaku pihak yang memiliki kewenangan.


“Sebaiknya konfirmasi langsung ke Pertamina, karena itu bukan domain saya,” kata Ridwan saat dimintai tanggapan via telpon pada Kamis(18/12/2025).


Meski demikian, Ridwan menekankan pentingnya peran operator SPBU sebagai garda terdepan dalam mencegah potensi pelanggaran. Menurut dia, operator harus memiliki kepekaan dan respons cepat terhadap aktivitas yang berpotensi merugikan SPBU maupun mencederai kepercayaan publik.


“Operator SPBU adalah ujung tombak dan harus sensitif serta tanggap terhadap hal-hal yang bisa merugikan SPBU. Harus ada kepedulian terhadap tempat kita bekerja,” ujarnya.


Ridwan mengakui bahwa SPBU Garegeh merupakan salah satu anggota Hiswana Migas. Namun, ia menegaskan organisasi tersebut tidak ikut mencampuri atau mengawasi operasional harian SPBU.


“SPBU Garegeh adalah salah satu anggota Hiswana Migas. Namun Hiswana tidak mencampuri atau mengawasi SPBU tersebut,” katanya.


Ia berharap insiden ini dapat diselesaikan secara menyeluruh agar SPBU kembali beroperasi dan melayani masyarakat. Ridwan juga menyinggung pentingnya keberadaan SPBU dalam menyalurkan BBM untuk menekan disparitas harga antara BBM subsidi dan non-subsidi.


“Satu kata dari saya, semoga ada solusi, dan SPBU bisa kembali melayani masyarakat yang membutuhkan BBM, sehingga penyaluran lewat SPBU dapat memperkecil jarak atau disparitas harga BBM subsidi dan non-subsidi, yang kisarannya sekitar Rp1.000 sampai Rp2.000,” ujarnya.


Hingga berita diterbitkan media masih dalam tahap mengumpulkan data dan informasi terkait insiden serta upaya konfirmasi pihak-pihak terkait lainnya.


Penulis : Chairur Rahman 

               (Wartwan Madya)

Editor    : Redaksi




Terkini