MR.com,Padang| Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap para wakil rakyat, sorotan kini tertuju ke internal Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumatera Barat.
Organisasi kepemudaan yang mestinya menjadi wadah pembinaan generasi muda itu justru tengah terpuruk. Pada kepengurusan periode 2022–2025, sekretariat KNPI Sumbar nyaris tak terurus.
Nama Nanda Satria, Ketua KNPI Sumbar sekaligus anggota dewan, mencuat menjadi sorotan. Sejak tahun 2025, Nanda disebut tak pernah sekalipun menginjakkan kaki ke sekretariat organisasi tersebut.
“Dari awal tahun sampai sekarang, dia tidak pernah datang,” ujar seorang warga yang saban hari nongkrong di kantin sekretariat KNPI.
Bukti ketidakpedulian itu terlihat jelas. Mushala tempat ibadah pemuda di kompleks sekretariat memprihatinkan, atapnya bocor, lotengnya rusak. Kendaraan operasional KNPI menyerupai besi tua tak terawat.
Fasilitas internet pun terputus karena tunggakan. Pertanyaan pun menyeruak, apakah KNPI Sumbar memang kehabisan anggaran, ataukah anggaran itu tidak digunakan semestinya?
Sebagian aktivis muda yang pernah berkiprah di KNPI Sumbar bahkan menuding organisasi ini hanya dijadikan batu loncatan politik bagi Nanda. Setelah sukses melenggang ke kursi legislatif, perhatian terhadap organisasi yang pernah membesarkannya memudar. “Sekarang seperti dibiarkan mati,” ujar seorang mantan pengurus.
Fenomena ini terjadi di tengah menurunnya kepercayaan masyarakat kepada anggota legislatif. Publik Sumbar yang pernah menaruh harapan pada Nanda kini berhadapan dengan kenyataan pahit, seorang pemimpin muda yang dulu dielu-elukan justru tampak abai terhadap organisasi yang membesarkannya.
KNPI, sebagai organisasi pemuda, seharusnya menjadi laboratorium kepemimpinan, tempat menanamkan nilai kepedulian dan pengabdian. Namun jika pengurusnya sendiri tak memberi teladan, organisasi itu bisa kehilangan makna.
Lebih dari itu, kasus KNPI Sumbar menjadi cermin, jika seorang pemimpin tidak mampu merawat rumahnya sendiri, bagaimana ia bisa diharapkan mengurus rumah besar bernama negara?.
Penulis : Chairur Rahman